Jumat, 09 Oktober 2009

Ketika Sains dan Teknologi Tak Dapat Berjalan Sendiri

Ketika Sains dan Teknologi Tak Dapat Berjalan Sendiri

Memperbaiki nasib petani bisa dilakukan dari sisi teknologi. Terlebih saat teknologi itu disambut baik oleh kalangan industri dan pemerintah. Sebuah usaha demi mengubah status Indonesia sebagai pengimpor beras.

Selintas, nuklir memang identik dengan momok mengerikan. Tapi siapa nyana berkat teknologi nuklir lah suatu momen intim terjalin antaran presiden, mentri dan komunitas petani. Bertempat di desa Rancadaka, Kabupaten Subang, Jawa Barat, Presiden terlibat diskusi dan tanya jawab serius tapi santai dengan para petani yang datang dari berbagai daerah di Jawa Barat.

Sesekali terdengar suara gelak tawa dan tepuk tangan hadirin menyambut komentar-komentar presiden maupun pertanyaan-pertanyaan lugu dari para petani. Acara kemudian dilanjutkan dengan makan siang bersama dan ditutup dengan nyanyi bareng lagu Manis dan Sayang ciptaan Koes Plus yang pernah populer pada tahun 70-an. Cuplikan cerita di atas adalah penggalan suasana kunjungan kerja Presiden ke Subang tanggal awal bulan ini dalam rangka Panen Benih Padi Varietas Mira-1 hasil penelitian dan pengembangan BATAN.

Bintang acara pagi hari itu tentu saja para petani, yang dengan kerja keras yang telah mereka tunjukkan berhasil mengubah sebagian wilayah desa Rancanaka menjadi hamparan hijau tanaman padi yang hampir mengeluarkan bulirnya, sementara sebagian wilayah lagi berwarna kekuning-kuningan karena hamparan padi yang siap di panen. Itulah desa Rancadaka sebagai Agora dan social nexus yang mempertautkan berbagai elemen dalam masyarakat yang dalam perannya masing-masing bersinergi membangun kehidupan sosioekonomi masyarakat.

Tanpa bermaksud mengecilkan peran strategis petani sebagai ujung tombak pembangunan ketahanan pangan, pentas Rancadaka merupakan kulminasi dari untaian perjalanan panjang para ABG (singkatan dari triple helix: Academicians, Businessmen, dan Government). Varietas unggul Mira-1 lahir dari suatu pengelanaan keilmuwan para peneliti di Pusat Aplikasi Teknologi Isotop dan Radiasi (PATIR) – BATAN. MIRA-1 yang merupakan perbaikan terhadap varietas padi Cisantana yang yang dilepas Departemen Pertanian pada tahun 1999. Cisantana sebenarnya mempunyai sifat tahan wereng coklat biotipe 1, 2 dan agak tahan biotipe 3, tahan penyakit hawar daun strain III, tekstur nasi pulen, tetapi kualitas berasnya kurang bagus.

Di samping itu adanya bulu pada ujung gabah menyebabkan varietas Cisantana tidak disenangi petani. Untuk memperbaiki sifat-sifat tersebut BATAN pada tahun 2000 telah melakukan perbaikan varietas Cisantana dengan teknik mutasi. Dari kegiatan penelitian tersebut diperoleh galur mutan yang disebut Obs-1688/PsJ yang mempunyai sifat produksi tinggi, berumur genjah, tahan hama wereng coklat biotipe 2 dan agak tahan biotipe 3, tahan penyakit bakteri hawar daun strain III dan agak tahan strain IV, dengan tekstur nasi pulen serta mutu dan kualitas beras bagus.

Sampai di sini kita melihat kesinambungan dan harmonisasi kerja dan program kerja antara Academicians, dalam hal ini adalah Batan dan para peneliti di lembaga iptek nuklir tersebut, dan Government, dalam hal ini adalah Departemen Pertanian. Lalu dimana peran Businessmen atau dunia bisnis? Pelaku bisnis, khususnya di bidang agroindustri, mempunyai peranan yang sangat strategis. Di segmen pertama adalah dalam penyediaan benih sebar atau biasa disebut extension seeds yang akan ditanam petani untuk memproduksi beras konsumsi. Segmen berikutnya adalah dalam penyediaan sarana produksi seperti pupuk dan pestisida.

Apa message yang bisa kita tangkap dari pentas Rancadaka? Utamanya adalah bahwa kita bisa bersama dan bersama kita bisa. Konsep triple helix ABG bukanlah sekedar wacana tetapi memang bisa diwujudkan dalam tataran implementasi, yaitu ada kegiatan-kegiatan akademik atau litbang yang bukan hanya bersifat academic excercise tetapi memang berangkat dari dan untuk memenuhi kebutuhan nyata masyarakat. Ada kebijakan pemerintah yang mendukung kegiatan litbang dan penghantaran hasil-hasilnya ke masyarakat. Ada pimpinan pemerintahan yang turun ke gelanggang dan lalu membuat keputusan-keputusan publik dalam rangka mengawal kebijakan-kebijakan yang dikeluarkan dan dalam rangka menyerap aspirasi masyarakat. Ada pelaku bisnis dan technopreneur yang berani menjemput bola dan melakukan fungsi intermediasi antara penghasil teknologi (dunia litbang) dan end users, yang dalam hal ini adalah petani dan masyarakat luas.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar